Sabtu, 28 November 2009

Video Belajar Berhitung

film kartun pendidikan anak seri preschool. membantu buah hati anda mengenal berhitung dasar secara mudah dan menyenangkan

Video Belajar Mengeja Kata

film pendidikan anak seri preschool. membantu anak anak belajar mengeja kata kata dalam proses awal belajar membaca

Video balajar sholat anak

film kartun pendidikan anak seri ibadah anak. membantu anak untuk belajar sholat.

Belajar Poco-Poco

Potret buram pendidikan Indonesia

Sederetan catatan buramnya pendidikan Indonesia akibat sistem kapitalisme. Film singkat ini diproduksi oleh SyababProductions dipersembahkan untuk para pendidik negeri ini.

Kamis, 26 November 2009

Download Buku Laskar Pelangi

jika kamu suka buku Laskar Pelangi. Klik Disini untuk mendownloadnya

Wacana

Jika ingin mengetahui beberapa definisi tentang wacana dan yang berhubungan dengan wacana, klik disisni

Anyaman

Pengertian Anyaman

Anyaman merupakan seni yang mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan masyarakat Melayu. Menganyam bermaksud proses menjaringkan atau menyilangkan bahan-bahan daripada tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu rumpun yang kuat dan boleh digunakan. Bahan tumbuh-tumbuhan yang boleh dianyam ialah lidi, rotan, akar, bilah, pandan, mengkuang dan beberapa bahan tumbuhan lain yang dikeringkan.

Anyaman bermaksud proses menyilangkan bahan-bahan daripada tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan satu rumpun yang kuat dan boleh digunakan. Bahan-bahan tumbuhan yang boleh dianyam ialah lidi, rotan, akar, buluh, pandan, mengkuang, jut dan sebagainya. Bahan ini biasanya mudah dikeringkan dan lembut
Menganyam adalah salah satu seni tradisi tertua di dunia. Konon kegiatan itu ditiru manusia dari cara burung menjalin rantin-ranting menjadi bentuk yang kuat.
Kesenian ini juga ada di berbagai budaya Nusantara. Di rumah-rumah panggung di pesisir Aceh, tikar pandan menjadi alas lantai. Di Pedamaran, Sumatra Selatan, kegiatan menganyam tikar menjadi pemandangan sehari-hari yang dilakukan ibu dan para gadis remaja. Tak heran bila kota itu disebut sebagai kota tikar. Untuk memperkenalkan Kelas Antariksa pada seni tradisi nenek moyang, mereka pun diajak menganyam kain flanel.
Mereka melakukannya dengan penuh keseriusan, agar pola tikar tidak salah. Kelak, kalau sudah terbiasa, mereka mungkin akan melakukannya sambil mengobrol, seperti halnya para penganyam tikar di desa: menganyam adalah sebuah kegiatan sosial, tempat bertukarnya cerita.
Asal Usul Anyaman
Seni anyaman adalah milik masyarakat melayu yang masih sangat di kagumi dan di gemari hinnga saat ini. Kegiatan seni anyaman telah ada semenjak zaman dahulu kala, hal ini dapat di lihat pada rumah-rumah orang jaman dahulu di mana dinding rumah mereka di anyam dengan menggunakan buluh dan kehalusan seni anyaman itu masih bertahan hingga saat ini. Rumah yang berdinding dan beratapkan nipah tidak panas, karena lapisan daun nipah yang tebal.

Seni anyaman di percaya bermula dan berkembangnya tanpa menerima pengaruh luar. Penggunaan tali, akar, dan rotan merupakan asas pertama dalam penciptaan kerajinan tangan anyaman. Bahan-bahan itu tumbuh liar di hutan-hutan, kampung-kampung, dan kawasan sekitar pantai.

Berbagai bentuk kerajinan tangan dapat di bentuk melalui proses dan teknik anyaman dari jenis tumbuhan pandan dan bengkuang. Bentuk-bentuk anyaman di buat berdasarkan fungsinya. Misalnya bagi masyarakat petani / nelayan, anyaman di bentuk menjadi topi, bakul, tudung saji, tikar, dan aneka rupa yang di bentuk untuk digunakan sehari-hari.

Selain dari tumbuhan pandan dan bengkuang, anyaman juga dapat di buat dari tumbuhan jenis palma dan nipah. Berdasarkan bahan dan rupa bentuk anyaman yang di hasilkan. Seni anyaman merupakan daya cipta dari sekelompok masyarakat luar istana yang lebih mengutamakan nilai kegunaannya. Walaupun pada tahun 1756 sampai 1794 telah terdapat penggunaan tikar untuk raja yang terbuat dari rotan.

Untuk memulai menganyam, waktu yang tepat adalah pada pagi atau malam hari dalam keadaan cuaca yang redup dan dingin. Daun-daun lebih lembut dan mudah di bentuk tanpa meninggalkan kesan-kesan pecah. Biasanya beberapa orang melakukan kegiatan menganyam secara berkelompok di halaman rumah atau beranda rumah pada waktu malam, petang, atau waktu senggang.

Seni kerajinan tangan anyaman adalah sesuatu karya yang unik dan rumit proses pembuatannya. Namun usaha untuk mempertahankannya harus di teruskan agar tidak termakan oleh perkembangan zaman. Budaya bangsa bukan hanya di lihat dari bahasa dan ragamnya saja, tetapi juga di lihat dari hasil karyanya yang bermutu tinggi. Warisan budaya yang unik ini harus selalu di terus di pelihara dan di manfaatkan bersama.

Sejarah Anyaman

Anyaman merupakan seni tradisi yang tidak mempunyai pengaruh dari luar. Perkembangan Sejarah anyaman adalah sama dengan perkembangan seni tembikar. Jenis seni anyaman pada masa Neolitik kebanyakan adalah menghasilkan tali, rumah dan keperluan kehidupan. Bahan daripada akar dan rotan adalah bahan asas yang awal digunakan untuk menghasilkan anyaman. Menurut Siti Zainun dalam buku Reka bentuk kraftangan Melayu tradisi menyatakan pada zaman pemerintahan Long Yunus (1756-94) di negeri Kelantan, penggunaan anyaman digunakan oleh raja. Anyaman tersebut dipanggil ‘Tikar Raja’ yang diperbuat daripada pohon bemban

Ada beberapa hal yang harus di ketahui tentang sejarah anyaman, yaitu :
1. Dipercayai seni graf tangan muncul dan bergembang tanpa pengaruh luar.
2. Pada zaman dahulu, kegiatan anyaman dilakukan oleh kaum wanita untuk mengisi masa senggang dan bukan sebagai mata pencarian utama.
3. Hasil graf tangan dijadikan alat untuk kegunaan sendiri atau sebagai hadiah untuk anak saudara atau sahabat handai sebagai tanda kasih atau kenang-kenagan.
4. Seseorang wanita dianggap tidak mempunyai sifat kewanitaan yang lengkap jika dia tidak mahir dalam seni anyaman.
5. Proses anyaman biasanya dijalankan oleh kaum wanita; lelaki hanya menolong menetap daun dan memprosesnya.
6. Perusahaan anyaman biasanya dilakukan secara individu dan secara kecil-kecilan yang merupakan satu usaha ekonomi bagi orang-orang di kampung.
7. Kini,terdapat organisasi dan perbadanan yang mengusahakannya, dengan skala yang besar seperti cawangan-cawangan Perbadanan Kemajuan Kraftangan Malaysia, Persatuan Gerakan Wanita Felda, Pusat Graftangan Felda, dan sebainya.
8. Hasilan anyaman bermutu tinggi bagi memenuhi keperluan pelanggan.Hasilan anyaman tidah terkongkong dalam bentuk tradisional sahaja. Ciptan dimensi baru dari segi rupa dan bentuk, warna dan corak, teknik dan bahan sering diubah-ubahkan mengiikut peredaran zaman dan cita rasa pelanggan.

Jenis-Jenis Anyaman

Jenis Anyaman Bahan Hasil anyaman
Anyaman Mengkuang Daun mengkuang Tikar, tudung salji, bekas pakaian dan lain-lain
Anyaman pandan Daun pandan duri Tikar sembahyang, hiasan dinding,
Anyaman Buluh Jenis-jenis buluh yang sesuai Bakul, bekas pakaian, nyiru, beg dan lain-lain
Anyaman Rotan Rotan yang telah diproses Bakul, bekas pakaian, tempat buaian anak dan lain-lain
Anyaman Lidi Lidi kelapa Lekar, bekas buah, bekas telor.
Anyaman ribu-ribu Paku pakis ribu-ribu. Tempat tembakau, bekas sirih terbus, bakul, bekas seba guna dan lain-lain.




Motif Anyaman
Berikut adalah contoh gambar motif anyaman :
anyaman 2 dimensi :

















Anyaman 3 dimensi :

Selasa, 10 November 2009

Evaluasi Pembelajaran

Di sini: anda dapat menemukan evaluasi pembelajaran

Pemborosan Penggunaan Kertas

Saat ini kertas sudah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi masyarakat terutama bagi kalangan pelajar, mahasiswa dan juga para pekerja kantor. Selain kertas, penggunaan tissue juga telah menjadi kebutuhan yang hampir sama terbukti dengan ditemuinya tissue di setiap toilet dan rumah makan. Kebutuhan akan kertas semakin meningkat seiring dengan perkembangan apalagi kita terbiasa menggunakan kertas dengan cara yang boros. Hal tersebut tanpa kita sadari, bahwa pada saat yang bersamaan hutan alam kita habis ditebang, di antaranya untuk memenuhi kebutuhan kertas.
Bayangkan satu rim HVS dapat menghabiskan sebatang pohon berusia minimal 5 tahun. Untuk mendapatkan lembaran kertas berkualitas baik, maka diperlukan campuran sebatang pohon berkayu keras dan sebatang pohon berkayu lunak. Jika dalam sehari seseorang menggunakan 5 lembar kertas, maka dalam sebulan menghabiskan 150 lembar kertas. Dalam setahun, menghabiskan 1800 lembar kertas.
Mari kita bayangkan berapa banyak pohon yang dibutuhkan untuk mahasiswa yang lolos ujian Saringan Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di tahun 2007 yang menyediakan 96.000 (sembilan puluh enam ribu) kursi. Jika mahasiswa-mahasiswa tersebut memiliki kebiasaan yang sama seperti mahasiswa yang menjadi contoh kita, yaitu menghabiskan satu rim kertas per bulan, maka secara keseluruhan dibutuhkan 69.120 pohon per tahun. Jumlah ini baru menggambarkan kebutuhan pohon untuk kertas yang digunakan oleh 96.000 mahasiswa di Indonesia per tahun dengan asumsi penggunaan kertas 1 rim per bulan, atau jika mahasiswa-mahasiswa tersebut sedikit berhemat dan mengurangi penggunaan kertas dengan mencetak di dua sisi kertas, maka kebutuhan pohon menjadi 34.560 pohon.
Selain permasalahan-permasalahan di atas masih banyak lagi permasalahan pemborosan kertas yang terjadi di tengah-tengah msayarakat kita, khususnya di sekolah-sekolah. Seperti yang kita ketahui, penggunaan kertas di lingkungan sekolah sangatlah signifikan. Setiap siswa di sekolah menggunakan kertas sebagai media pembelajran mereka, terutama sebagai alat tulis. Tidak jarang siswa yang melakukan pemborosan kertas, banyak di antara mereka yang menggunakan buku mereka tidak sebagaimana mestinya. Dalam satu mata pelajaran saja mereka terkadang menggunakan dua buah buku tulis. Bahkan buku tulis tersebut seringkali digunakan untuk menulis atau menggambar hal-hal yang tidak penting.
Permasalahan-permasalahan tersebut tentunya tidak dapat dibiarkan begitu saja. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi pemborosan penggunaan kertas,antara lain sebagai berikut:
1. Menggunakan bahan selain kertas sebagai pengganti beberapa benda dari kertas. Contohnya mengganti kertas tissue dengan sapu tangan.
2. Perubahan pembelajaran manual menjadi pembelajaran e-learning
Perubahan ini tentunya tidak dilakukan dalam keseluruhan pembelajaran. Siswa tetap mencatat pelajaran di buku tulis mereka, namun dalam pembuatan tugas yang berupa makalah atau laporan dapat dilakukan secara e-learning, yaitu dengan mengumpulkan tugas berupa soft copy ataupun dikirimkan melalui email.
3. Penggunaan kembali kertas yang sudah tidak terpakai
Kertas yang sudah tidak terpakai biasanya langsung saja kita buang, padahal kertas tersebut dapat digunakan kembali oleh kalangan tertentu seperti pedagang sayuran dan gorengan sebagai pembungkus dagangan mereka. Oleh karena itu, kertas kita yang sudah terpakai hendaknya kita berikan kepada pedagang-pedagang tersebut ketimbang dibuang sia-sia.
4. Daur ulang kertas
Kertas yang sudah tidak terpakai dapat di daur ulang kembali menjadi lembaran-lembaran kertas daur ulang dan benda-benda daur ulang lain yang dapat digunakan kembali.

RPP Mikro

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mikro

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Tema / Sub Tema : Lingkungan / Pedesaan
Focus : Menulis
Pembelajaran : Menulis karangan sederhana dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan ejaan, huruf capital, dan tanda titik.
Kelas / Semester : III / 2
Waktu :

1. Keterampilan yang dilatihkan : Memimpin / membimbing diskusi kelompok kecil
2. Tujuan Latihan
• Memusatkan perhatian
• Memperjelas masalah atau urunan pendapat
• Menutup diskusi
3. Tujuan pembelajaran
• Siswa dapat menguraikan isi dalam gambar berseri dengan pilihan kata dan kalimat yang tepat
• Siswa dapat mengurutkan uraian gambar berseri menjadi sebuah karangan sederhana dengan penggunaan huruf capital yang tepat
• Siswa dapat mengurutkan uraian gambar berseri menjadi sebuah karangan sederhana dengan penggunaan tanda titikyang tepat
4. Kegiatan Belajar Mengajar
No. Uraian Kegiatan Komponen Keterampilan / Deskriptor
1 Merumuskan masalah/topic diskusi mengenai penggunaan huruf capital dan tanda titik dalam sebuah karangan Memusatkan Perhatian
2 Menguraikan gagasan siswa dengan contoh atau informasi Memperjelas masalah
3 Merangkum hasil diskusi secara bersama-sama Menutup Diskusi
Jakarta, 03 April 2009
Mengetahui
Dosen Pembimbing Calon / Praktikan

(Dra. Marwati, M.Pd) (Dinie Rizky Amelia)

Permasalahan Pembelajaran PKN SD

Permasalahan Pembelajaran PKN di Sekolah Dasar
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran juga memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa. Pembelajaran PKn ini diharapkan akan mampu membentuk siswa yang ideal memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang akan dihadapi.
Namun selama ini proses pembelajaran PKn kebanyakan masih mengunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Guru mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal ( 3DCH ), siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderug tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah. Masalah utama dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ialah penggunaan metode atau model pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran secara tepat, yang memenuhi muatan tatanan nilai, agar dapat diinternalisasikan pada diri siswa serta mengimplementasikan hakekat pendidikan nilai dalam kehidupan sehari-hari belum memenuhi harapan seperti yang diinginkan.
Hal ini berkaitan dengan kritik masyarakat terhadap materi pelajaran PKn yang tidak bermuatan nilai-nilai praktis tetapi hanya bersifat politis atau alat indoktrinasi untuk kepentingan kekuasaan pemerintah. Metode pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) terkesan sangat kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis, dan guru cenderung lebih dominan (one way method). Di samping masih menggunakan model konvensional yang monoton, aktivitas guru lebih dominan daripada siswa, akibatnya guru seringkali mengabaikan proses pembinaan tatanan nilai, sikap, dan tindakan; sehingga mata pelajaran PKn tidak dianggap sebagai mata pelajaran pembinaan warga negara yang menekankan pada kesadaran akan hak dan kewajiban tetapi lebih cenderung menjadi mata pelajaran yang jenuh dan membosankan. Selain itu pembelajaran PKn juga cenderung kurang bermakna karena hanya berpatokan pada penilaian hasil bukan pada penilaian proses. Guru PKn mengajar lebih banyak mengejar target yang berorientasi pada nilai ujian akhir. Hal ini berkaitan pada pembentukan karakter, moral, sikap serta perilaku murid yang hanya menginginkan nilai yang baik tanpa dimbangi dengan perbaikan karakter, moral, sikap serta perilaku dari anak tersebut. jika anak tersebut telah belajar tentang mata pelajaran PKn yang seharusnya dapat memperbaiki sikap, perilaku dan moral bagi para peserta didik namun sebaliknya malah berbanding terbalik dengan sikap, perlaku dan moral peserta didik yang cenderung menurun. Dari masalah yang dikemukakandiatas terlihat bahwa pembelajaran PKn di Sekolah Dasar cenderung kurang optimal, Maka akan kami paparkan beberapa solusi dari permasalahan tersebut diatas, yaitu:
Guru harus menguasai metode – metode pembelajaran yang lebih menyenangkan bagi para muridnya, dan membuat ruang belajar menjadi lebih bergairah, penuh dengan rasa ingin tahu anak didik, serta ada semangat berkompetisi secara sehat dari anak didik. Tidak hanya mengajar dengan metode ceramah saja yang banyak dgunakan guru yang dapat membuat anak didik menjadi bosan dan jenuh dalam belajar PKn, yang dapat dilakukan dengan cara :
1. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on Learners),
2. Memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa. Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa.
3. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan peciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar.
Disini akan dikemukakan dua model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengatasi permasalahan – permasalahan dalam pembelajaran PKn
1. Meningkatkan hasil belajar PKn melalui model Problem Based Learning
Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendir, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.i
Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajara PKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.
Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajara interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan Problem Based Learning. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka.
Dari uraian diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa dibandingkan dengan pendekatan tradisional (metode ceramah). Pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, dimana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bukan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas)

2. Pendekatan dan penerapan model CTL (Contextual Learning)
Agar pembelajaran PKn dapat bermakna dan untuk pembentukan karakter maka disini penulis ingin memaparkan salah satu pendekatan model CTL yaitu pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang bergua bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide. Tugas guru mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Sehingga anak tidak hanya bisa menghafal pelajaran melainkan diharapkan juga dapat merubah sikap, perilaku, karakter serta moral anak.
CTL adalah suatu bentuk pembelajaran yang memiliki karakteristik berikut :
a. Keadaan yang mempengaruhi langsung kehidupan siswa dan pembelajarannya;
b. Dengan menggunakan waktu/kekinian, yaitu masa yang lalu, sekarang, dan yang akan datang;
c.Lawan dari textbook centered;
d. Lingkungan budaya, sosial, pribadi, ekonomi, dan politik;
e. Belajar tidak hanya menggunakan ruang kelas, bisa dilakukan di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara;
f. Mengaitkan isi pelajaran dengan dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka; dan
g. Membekali siswa dengan pengetahuan yang fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lain
Sehingga Pembelajaran PKN dapat menjadi:
1. Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.
2. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi koflik
3. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.
4. Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahuan yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi).

TQM

TQM adalah faktor yang penting dalam suatu perusahaan dan juga dalam teknologi informasi adapun konsep dasar dari total quality adalah:
1. Tujuan :
Perbaikan proses secara terus-menerus. Artinya kualitas selalu diperbaiki dan disesuaikan
dengan perubahan yang menyangkut kebutuhan dan keinginan para pelanggan.
2. Prinsip :
Difokuskan pada pelanggan, perbaikan proses dan keterlibatan total.
3. Elemen :
Kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung, Komunikasi, ganjaran dan pengakuan serta pengukuran.
Tiga prinsip mutu yaitu :
1. Fokus pada pelanggan
Mutu berdasarkan pada konsep bahwa setiap orang mempunyai pelanggan dan bahwa kebutuhan dan harapan pelanggan harus dipenuhi setiap saat kalauorganisasi/perusahaan secara keseluruhan bermaksud memenuhi kebutuhan pelanggan eksternal (pembeli).
2. Perbaikan proses
Konsep perbaikan terus menerus dibentuk berdasarkan pada premisi suatu seri (urutan) langkah-langkah kegiatan yang berkaitan dengan menghasilkan output seperti produk berupa barang dan jasa. Perhatian secara terus menerus bagi setiap langkah dalam proses kerja sangat penting untuk mengurangi keragaman dari output dan memperbaiki keandalan. Tujuan pertama perbaikan secara terus menerus ialah proses yang handal, dalam arti bahwa dapat diproduksi yang diinginkan setiap saat tanpa variasi yang diminimumkan. Apabila keragaman telah dibuat minimum dan hasilnya belum dapat diterima maka tujuan kedua dari perbaikan proses ialah merancang kembali proses tersebut untuk memproduksi output yang lebih dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, agar pelanggan puas.
3. Keterlibatan total
Pendekatan ini dimulai dengan kepemimpinan manajemen senior yang aktif dan mencakup usaha yang memanfaatkan bakat semua karyawan dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu keunggulan kompetitif (competitive advantage) di pasar yang dimasuki. Karyawan pada semua tingkatan diberi wewenang/kuasa untuk memperbaiki output melalui kerjasama dalam struktur kerja baru yang luwes (fleksibel) untuk memecahkan persoalan, memperbaiki proses dan memuaskan pelanggan. Pemasok juga dilibatkan dan dari waktu ke waktu menjadi mitra melalui kerjasama dengan para karyawan yang telah diberi wewenang/kuasa yang dapat menguntungkan organisasi/perusahaan. Pada waktu yang sama keterlibatan pimpinan bekerjasama dengan karyawan yang telah diberi kuasa tersebut.
Manfaat TQM
Salah satu cara terbaik dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan suatu produk barang atau jasa dengan kualitas terbaik. Kualitas terbaik akan diperoleh dengan melakukan upaya perbaikan secara terus-menerus terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan. Penerapan TQM adalah hal yang sangat tepat agar dapat memperbaiki unsur-unsur tersebut secara berkesinambungan. Penerapan TQM dapat memberikan beberapa manfaat utama, sebagai berikut.
Dengan perbaikan kualitas berkesinambungan, perusahaan akan dapat memperbaiki posisi persaingan. Dengan posisi yang lebih baik akan meningkatkan pangsa pasar dan menjamin harga yang lebih tinggi. Hal ini akan memberikan penghasilan lebih tinggi dan secara otomatis laba yang diperoleh akan lebih meningkat. Upaya perbaikan kualitas akan menghasilkan peningkatan output yang bebas dari kerusakan atau mengurangi produk yang cacat. Berkurangnya produk yang cacat berarti berkurang pula biaya operasi yang dikeluarkan perusahaan sehingga akan diperoleh laba yang semakin besar.
Manfaat TQM dalam jangka panjang, manfaat utama penerapan TQM pada sektor publik adalah perbaikan pelayanan, pengurangan biaya dan kepuasan pelanggan. Perbaikan progresif dalam sistem manajemen dan kualitas pelayanan menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan.
Hambatan dan Kendala dalam Mengadopsi TQM
Organisasi Pemerintah yang Kaku
Pengalaman global menunjukkan budaya organisasi, baik di sektor swasta maupun sektor publik, sangat sulit untuk dirubah. Faktor-faktor yang membentuk budaya organisasi adalah struktur kekuasaan, sistem administrasi, proses kerja, kepemimpinan, predisposisi pegawai serta praktek-praktek manajemen. Seperti telah dibahas sebelumnya, birokasi pemerintah Indonesia sangat lambat dalam mentransformasi diri dari struktur top-down menuju sistem bottom-up yang desentralistik. Undang undang desentralisasi dan otonomi daerah memberi kerangka baru mengenai cara penyediaan dan pembiayaan pelayanan pemerintah. Dan meskipun TQM berpotensi untuk menanggulangi hal-hal yang bisa menghambat pengadaan pelayanan yang lebih berorientasi pelanggan dan partisipatif, namun perlu disadari bahwa perubahan subtansial yang ingin dicapai akan memakan waktu lama untuk mewujudkannya.
Disfungsi Sistem Organisasi
Kerapkali organisasi pemerintah memiliki misi ganda bahkan kadang tumpang tindih. Dan hanya sedikit lembaga pemerintah yang memiliki akuntabilitas di mata masyarakat, jarang sekali ada sanksi bagi lembaga yang memiliki kinerja buruk dan nyaris tidak ada persaingan langsung. Keadaan ini sangat berbeda dengan yang terjadi pada sektor swasta dimana mereka berjalan dengan sistem yang lebih “fungsional”, seperti ekonomi pasar, memiliki misi yang lebih jelas, dan akuntabel di mata pelanggan mereka. Proyek DELIVERI menemukan bahwa sistem manajemen yang berlaku dalam pelayanan Dinas Peternakan menjadi kendala utama untuk melembagakan perubahan. Seperti yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa mekanisme untuk menghargai kinerja. Sebagai contoh, struktur sekarang tidak memberi ruang untuk kenaikan gaji berdasarkan kinerja, sehingga semua pegawai mendapatkan gaji yang sama, tanpa mempertimbangkan mutu kerja mereka. Jadi meski ada pegawai yang suka terlambat bahkan tidak masuk kantor sekalipun, tetap menerima gaji sama besarnya dengan mereka yang bekerja untuk perbaikan pelayanan. Wewenang untuk merubah sistem ini dipegang oleh departemen pemerintah yang lain, walhasil, para pegawai di kabupaten kerap frustasi karena insentif untuk berinovasi terhambat.
Pengambilan Keputusan yang Tradisional dan Sentralistik
Meskipun perlahan-lahan pemerintah mulai menerapkan desentralisasi, namun pemerintah tingkat kabupaten masih tetap ada kecenderungan untuk bertindak dengan gaya top-down. Di Balai Penyuluhan Pertanian, Kabupaten Boolang Mongondow, misalnya, petugas lapangan telah bekerja keras untuk menyediakan pelayanan yang lebih berorientasi pelanggan, melalui kerja sama dengan petani untuk mengidentifikasi prioritas mereka. Usaha ini memicu lahirnya program kredit baru yang sangat berhasil. Program ini telah diadopsi oleh pemerintah daerah, yang kini akan membangun ribuan kelompok tani dalam periode enam bulan dengan menggunakan teknik partisipatif. Pendekatan semacam ini merupakan penerapan dari prinsip dasar konsultasi dengan pihak terkait dan kepuasan pelanggan, yang sangat esensial dalam TQM. Penolakan sistemik untuk perubahan ini disebabkan oleh praktek perencanaan program yang top-down dan sangat sentralistik. Umumnya, pemerintah tingkat kabupaten bertanggung jawab untuk merespon pelaksanaan program dari tingkat pemerintahan lebih tinggi. Untuk merubah pendekatan mekanistik dalam perencanaan dan pelaksanaan program ini, memakan waktu bertahun-tahun.
Struktur Wewenang yang Sangat Hierarkis
Di Indonesia, karakterisasi sektor publik dilakukan secara tradisonal berdasarkan stratifikasi status, dimana manajer senior memegang wewenang yang amat besar. Struktur ini harus dirombak secara radikal, jika ingin mengadopsi pendekatan TQM. Di masa lalu, setiap staf telah diberi tugas dan tanggung jawab dan diharapkan menjalankannya dengan dependensi tertentu kepada orang lain. Untuk beralih dari keadaan yang sangat struktural menuju ke lingkungan yang lebih fleksibel dan tidak terlalu hierarkis bisa menjadi bumerang. Tantangan bagi para manajer adalah menciptakan lingkungan dimana tingkat wewenang, minimal bisa “dilperlebar”. Di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, misalnya, Kepala Dinas Peternakan untuk bersedia membagi wewenangnya dan mengembangkan metode pengambilan keputusan baru. Usaha ini berperan penting dalam mempersempit jurang antar berbagai tingkatan.
Lemahnya Komitmen para Manajer Senior
Biasanya, tangapan awal terhadap TQM cukup positif, namun kerap hanya dalam bentuk dukungan verbal semata. Masalah mulai muncul ketika diperlukan dukungan aktif dari para manajer senior untuk menciptakan atmosfer yang kondusif, dimana staf bisa bereksperimen dan mempelajari pendekatan baru tanpa takut disalahkan, atau ketika terjadi tekanan untuk melaksanakan “proyek pesanan ” (top-down). Keadaan ini bisa menyempitkan ruang lingkup TQM dan membuatnya tidak bisa berjalan dalam jangka panjang. Dalam studi banding program TQM pada kantor-kantor Dinas diketahui bahwa tipe kepemimpinan sangat instrumental dalam menanggulangi masalah tersebut. Jika manajemen senior hanya memberikan dukungan verbal, maka staf akan merespon prinsip-prinsip TQM hanya di mulut saja. Sebaliknya, jika manajemen senior berpartispasi aktif dalam proses, maka akan terjadi perubahan kualitatif mengenai kinerja para staf.
Secara singkat dapat digambarkan diagram komitmen kualitas dalam Manajemen Mutu Terpadu adalah sebagai berikut :



















Diagram : Komitmen Kualitas dalam TQM

RPP Matematika kelas III SD

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV/2
Pertemuan Ke :
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 Pertemuan)

I. Standar Kompetensi
2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah

II. Kompetensi Dasar
2.3 Memecahkan masalah yang melibatkan uang

III. Indikator
2.31 Menghitung nilai sekelompok uang
2.3.2 Menghitung penjumlahan dengan uang
2.3.3 Menghitung pengurangan dengan uang
2.3.4 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan uang dalam kehidupan sehari-hari

IV. Materi Pokok
Mata uang

V. Tujuan Pembelajaran
• Peserta didik dapat menghitung nilai sekelompok uang
• Peserta didik dapat menghitung penjumlahan dengan uang
• Peserta didik dapat menghitung pengurangan dengan uang
• Peserta didik dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan uang dalam kehidupan sehari-hari

VI. Metode Pembelajaran
• Simulasi
• Tanya jawab

VII. Langkah-Langkah Pembelajaran

a. Kegiatan Awal
• Apersepsi :
- Peserta didik digali pengalamannya kembali tentang materi terdahulu dengan diberikan pertanyaan, misalnya: Anak-anak kalian apakah masih ingat dengan pelajaran kelas III tentang menentukan nilai tempat uang
- Peserta didik mendengarkan ulasan materi dari guru tentang cara menentukan nilai tempat uang yang dipelajari pada kelas III
• Peserta didik dibentuk menjadi 4 kelompok untuk melakukan simulasi

b. Kegiatan Inti
• Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang cara menghitung nilai sekelompok uang
• Peserta didik dalam tiap kelompok diberikan sejumlah uang untuk dihitung jumlanya
• Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang cara menghitung penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan uang
• Peserta didik dalam tiap kelompok melakukan simulasi dengn menjadi pedagang, bank, pembeli dan pelanngan bak.
• Peserta didik melakukan simulasi menjadi pedagang dan pembeli dengan menghitung jumlah uang yang harus di bayar.
• Peserta didik menghitung uang kembalian dari jumlah uang yang diberikan untuk membeli barang
• Peserta didik dalam kelompok melakukan simulasi menabung di bank dengan menyetorkan sejumlah uang
• Peserta didik mengambil uang tabungan dan mengjitung sisa nilai uang tabungan
• Peserta didik melakukan tanya jawab tentang cara melakukan penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan uang
• Peserta didik bersama guru menyimpulkan hasil simulasi yang dilakukan dengan menggunakan uan
c. Kegiatan Akhir
• Peserta didik bersama guru merangkum materi pelajaran masalah yang berkaitan dengan uang dalam kehidupan sehari-hari
• Peserta didik diberi tugas mengerjakan soal latihan dari buku paket matematika kelas IV/2

VIII. Alat dan Sumber Belajar
• Buku paket Bahasa Indonesia kelas III
• Uang-uangan untuk simulasi

IX. Penilaian
1. Teknis Tes
Tes dan Non Tes
2. Bentuk Tes
Tertulis:
Latihan soal
Lisan:
a. Keberanian / partisipasi dalam simulasi
b. Keberanian / partisipasi dalam tanya jawab
c. Ketepatan jawaban dalam simulasi

RPP Bahasa Indonesia kelas III SD

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : III/1
Pertemuan Ke :
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 Pertemuan)

I. Standar Kompetensi
Membaca
3. Memahami teks dengan membaca nyaring, membaca intensif, dan membaca dongeng

II. Kompetensi Dasar
3.3 Menceritakan isi dongeng yang dibaca

III. Indikator
3.3.1 Menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita dongeng
3.3.2 Menyebutkan sifat tokoh-tokoh dalam cerita dongeng
3.3.3 Menceritakan kembali isi dongeng yang telah dibaca dengan bantuan gambar
3.3.4 Menuliskan kembali isi dongeng yang telah diceritakan oleh teman dengan menggunakan kalimat sendiri
3.3.5 Menuliskan pesan atau amanat dari cerita dongeng

IV. Materi Pokok
Menceritakan isi dongeng

V. Tujuan Pembelajaran
• Peserta didik dapat menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita dongeng
• Peserta didik dapat menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita dongeng
• Peserta didik dapat Menceritakan kembali isi dongeng yang telah dibaca dengan bantuan gambar
• Menuliskan kembali isi dongeng yang telah diceritakan oleh teman dengan menggunakan kalimat sendiri
• Peserta didik dapat menyimpulkan pesan atau amanat dari cerita dongeng

VI. Metode Pembelajaran
• Tanya jawab
• Metakognisi
• Jaringan sastra

VII. Langkah-Langkah Pembelajaran

a. Kegiatan Awal
• Apersepsi :
- Peserta didik diperlihatkan jaringan sastra dengan tema kancil
- Peserta didik digali pengalamannya dengan diberikan pertanyaan, misalnya: Gambar apakah ini anak-anak? Kalian tahu tidak bagaimana sifatnya?, dll
- Peserta didik bersama guru menyanyikan lagu Si Kancil
• Peserta didik membaca dongeng “raja bayangan” yang terdapat dalam buku dengan suara nyaring

b. Kegiatan Inti
• Peserta didik menceritakan di depan kelas isi cerita dongeng yang telah dbaca dengan kalimat sendiri dan dengan bantuan gambar
• Peserta didik melakukan tanya jawab tentang tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita
• Peserta didik melihat gambar kancil yang dperlihatkan guru
• Peserta didik melakukan tanya jawab tentang sifat kancil dalam cerita
• Peserta didik melihat gambar harimau yang diperlihatkan guru
• Peserta didik melakukan tanya jawab tentang sifat harimau dalam cerita
• Peserta didik melakukan Tanya jawab tentang sifat baik dan tidak baik dalam cerita.
• Peserta didik melakukan Tanya jawab tentang akibat yang terjadi dari sifat yang tidak baik
• Peserta didik menuliskan kembali isi dongeng yang tadi telah diceritakan oleh teman yang lain dengan kalimat sendiri
• Peserta didik menyimpulkan dengan menuliskan pesan atau amanat dari cerita dongeng yang dibaca

c. Kegiatan Akhir
• Peserta didik bersama guru merangkum materi pelajaran membaaca dongeng pada hari ini

VIII. Alat dan Sumber Belajar
• Buku paket Bahasa Indonesia kelas III
• Jaringan Sastra dengan tema kancil
• Gambar kacil dan harimau

IX. Penilaian
1. Teknis Tes
Tes dan Non Tes
2. Bentuk Tes
Tertulis:
a. Tugas menuliskan kembali isi dongeng dengan kalimat sendiri
Lisan:
a. Keberanian / partisipasi dalam Tanya jawab
b. Ketepatan jawaban

Gambar menggunakan media crayon


Gerund

Gerund
Gerund adalah kata benda (noun) yang dibentuk dari kata kerja dasar (infinitive) dengan tambahan akhiran –ing (-ing form). Sebagai kata benda, gerund dapat digunakan sebagai subjek dan objek, sesuai dengan kedudukan yang bisa ditempati oleh noun (kata benda). Di samping itu, gerund bisa didahului oleh artikel a, an, the ; bentuk milik (possessive adjective): my, your, his, her, their, dsb; dan diikuti objek, misal : beating a snake, writing a letter.
Gerund adalah kata kerja yang dibendakan, dengan kata lain gerund adalah kata kerja yang berfungsi sebagai kata benda (noun).
Penggunaan Gerund
Karena gerund adalah kata kerja yang dibendakan, gerund dapat digunakan sebagai berikut:
1. Sebagai subjek kalimat (as a subject of a sentences)
Contoh:
Running in the morning is good for health.
Berlari pada waktu pagi hari baik untuk kesehatan.

Playing golf is an expensive sports and it’s for certain people.
Bermain golf adalah olahraga mahal dan itu untuk orang-orang tertentu.

Collecting stamps is one of my sister’s hobbies.
Mengumpulkan perangko adalah salah satu hobi adik.




2. Sebagai pelengkap kalimat (as a complement of a sentence)
Contoh:
One of her hobbies is collecting foreign stamps.
Salah satu hobinya adalah mengumpulkan perangko luar negeri.

My mother’s profession is teaching English.
Profesi ibu saya adalah mengajar Bahasa Inggris.




3. Sebagai objek kalimat (as an object of a sentence)
Contoh:
I like reading foreign magazine.
Saya suka membaca majalah luar negeri.

My friend’s father likes hunting wild animals in the forest.
Ayah teman saya suka berburu binatang buas di hutan.

My mother dislikes keeping pet animals.
Ibu saya tidak suka memelihara binatang piaraan.





4. Sesudah possessive adjective (my, your, his, her, our, dan their)

Contoh:
Your living will make them sad.
Kepergianmu akan membuat mereka sedih.

His coming won’t make his mother happy.
Kedatangannya tidak akan membuat ibunya bahagia.

Our next meeting will be held early next month.
Pertemuan kita berikutnya akan diadakan pada awal bulan depan.

His agreeing to lend me some money was really a surprise.
Persetujuannya meminjamkan saya sejumlah uang betul-betul suatu kejutan.







5. Sesudah kata go, kata kerja yang menunjukkan suatu kegiatan olehraga atau yang bersifat rekreasi selalu diikuti gerund (go + gerund)
(a) Did you go shopping?
(b) We want fishing yesterday. Go is followed by a gerund in certain idiomatic expressions to
express, for the most part, recreational activities.

GO + GERUNDS

go birdwatching go dancing go running go sledding
go boating go fishing go sailing go swimming
go bowling go hiking go shopping go tobogganing
go camping go hunting go skating go window shopping
go canoing go jogging go skiing












Contoh:
Salah
Mother usually goes to shop for our daily need at the end of the month.
Benar
Mother usually goes shopping for our daily need at the end of the month.

Salah
We always go to camp once a year.
Benar
We always go camping once a year.

Salah
Does he always go to swim every week-end?
Benar
Does he always go swimming every week-end?


6. Sesudah kata-kata kerja tertentu (after certain verbs)
Kata kerja yang harus diikuti gerund sebagai berikut:
Delay Excuse Admit
Resent Suggest Avoid
Prevent Fancy Consider
Complete Consider Discuss
Risk Imagine Involve
Stop Postpone Keep (=continue)
Dread Enjoy Mind (=object)
Deny Forgive Resist
Recollect Pardon Save
Finish Deter Understand
Contoh:
Salah
He admitted to kill his friend’s son
Benar
He admitted killing his friend’s son.
Dia mengakui membunuh putra temannya.

Salah
She has completed to write her thesis.
Benar
She has completed writing her thesis.
Dia sudah selesai menulis tesisnya.

Salah
I am considering to go abroad with him next month.
Benar
I am considering going abroad with him next month.
Saya sedang mempertimbangkan untuk pergi ke luar negeri dengannya bulan depan.
Benar
He has stopped smoking.
Dia sudah berhenti merokok.
Benar
He stopped to buy something.
Dia berhenti untuk membeli sesuatu.







7. Sebagai objek dari sebuah preposisi (Gerund As The Object Of Preposition)
Contoh:
He was afraid of seeing his superior because he had made so many mistakes.
Dia takut menemui atasannya karena dia sudah membuat banyak kesalahan.

He succeeded in getting a job because he has work experience.
Dia berhasil mendapat pekerjaan karena dia mempunyai pengalaman kerja.

He gave up working here because he had got a better job.
Dia berhenti bekerja di sini karena dia sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

He was accused of stealing his friend’s money.
Dia dituduh mencuri uang temannya.




Contoh Lain:
We talked about going to Hollywood for our vacation.
Budi is in charge of organizing the meeting.
(a) We talked about going to Canada for our
vacation
(b) Sue is in charge of organizing the meeting
(c) I’m interested in learning more about your
Work A Gerund is frequently used as the object of a preposition
(d) I’m used to sleeping with the window open
(e) I’m accustomed to sleeping with the window
open
(f) I look forward to going home next month
(g) They object to changing their plans at this
late date In (d) through (g): to is a preposition, not part of an infinitive form, so a gerund follows

(h) We talked about not going to the meeting,
but finally decided we should go. Negative from : not precedes a gerund
I am interested in learning sociology.












8. Following verb of sense
Contoh:
Mr. Finch saw tourist entering his garden.
Tuan Finch melihat turis masuk ke kebunnya.


Daftar Pustaka

Buku BTA SMU 8 Teori dan Soal Bahasa Inggris (Penuntun SPMB 2005)

Schrampfer, Betty, Understanding and Using English Grammar

Mufarichah, Yulia dan Zumahsin, 2005. Progress. Jakarta : Ganeca Exact

Cyssco, Dhanny R, 2005, Intisari Tata Bahasa Inggris untuk SMA, Jakarta: Kawan Pustaka


Bahasa Inggris SD Lanjutan
Gerund

Senin, 09 November 2009

jenis kertas

Jenis Kertas
Jenis kertas yang tersedia di pasaran dapat dibedakan menurut fungsi, tekstur, ukuran, ketebalan, dan warnanya. Berdasarkan fungsinya kertas dapat digunakan untuk fungsi yang sangat beragam, baik sebagai bahan dasar pembuatan produk fungsional, seperti : kertas kado, buku tulis, tas kertas, pembungkus, majalah, poster, brosur dan sebagainya atau sebagai bahan dasar pembuatan produk kriya, seperti kotak kado, bingkai foto, kertas daur ulang, kartu ucapan, topeng kertas dan lain-lain. Kertas juga dimanfaatkan sebagai medium artistik untuk membuat patung dan karya seni lainnya.

Selain itu ukuran kertas juga variatif, seperti kertas dengan ukuran A-0, A-1, A-2, A-3, A-4; ketebalan kertaspun bervariasi, misalnya: kertas HVS dengan berat 60 gram, 70 gram, 80 gram; kertas karton dengan ketebalan 2 milimeter, 3 milimeter, 4 milimeter dan 5 milimeter.
Di samping itu warna-warna kertas yang tersedia di toko juga sangat beragam, ada kertas yang menggunakan pewarna alam yang bernuansa natural, dan ada pula yang menggunakan pewarna sintetik (kimia) yang kaya warna dengan nuansa yang variatif.
Beragam bentuk dasar kertas dapat dipilih sesuai kebutuhan, antara lain: persegi panjang, bujur sangkar, lingkaran, kerucut, silinder, garis-garis panjang, bentuk tak beraturan, Dalam berkreasi Anda dapat bebas memanfaatkan kertas-kertas bekas yang ada atau mengkombinasikannya dengan jenis kertas lain atau menambahkan elemen dekorasi seperti renda, payet, kancing, pita, daun kering, benang emas, dan lain sebagainya.

sejarah kertas

Sejarah
Peradaban Mesir Kuno menyumbangkan papirus sebagai media tulis menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada peradaban Mesir Kuno pada masa wangsa firaun kemudian menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan menyebar ke seantero Eropa, meskipun penggunaan papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas.
Tercatat dalam sejarah adalah peradaban Cina yang menyumbangkan kertas bagi Dunia. Adalah Tsai Lun yang menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah didapat di seantero China pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa China ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.
Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ketangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang Arab sehingga pada zaman Abbasiyah, muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Baghdad maupun Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian menyebar ke Italia dan India lalu Eropa khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia.